Sunday, 9 June 2013

LAPORAN HASIL OBSERVASI PERMASALAHAN PADA SISWA KELAS IV SD DAN ALTERNATIF SOLUSI


Sosialisasi Dengan Teman Sebaya Kurang Baik
Penyebab anak tidak mudah bersosialisasi dengan teman sebaya karena belum muncul rasa percaya diri anak dalam berinteraksi dengan teman sebaya.. Selain itu terkadang anak takut menjalin sosialisasi dengan teman baru. Ketakutan itu biasanya disebabkan anak kurang cocok dengan kelompok bermain yang ada di kelasnya. Untuk solusinya guru dapat memberikan inovasi pembelajaran kooperatif sehingga mau tidak mau anak harus menjalin interaksi dengan teman di kelas. Hal ini akan membawanya sampai ke dalam teman bermain. Jadi anak akan lebih mengenal karakter antar teman.
 
Langkah- langkah Model Pembelajaran Kooperatif
 
1. Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
 
2. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
 
3. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien,
 
4. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
 
5. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
 
6. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu  dan kelompok
 
2.    Kerapian Dalam Mencatat
Setiap anak memiliki keunikan tersendiri. Dalam perkembangannya yang termasuk akhir masa kanak-kanan memiliki sifat tidak rapi(sehingga disebut usia tidak rapi). Untuk menghadapi anak yang memiliki catatan kurang rapi, guru dapat menggunakan pendekatan individual. Dalam hal ini guru mendekati siswa secara individu. Guru memberikan pengarahan dan pelatihan tentang cara menulis yang benar dan rapi. Guru dalam memberikan penilaian dapat menambahkan ( P … T… K… ) dimana P= Pekerjaan, T= Tulisan, K= Kerapian. Hal ini dapat memotivasi siswa selain mengedepankan nilai pekerjaan, siswa juga memperhatikan tulisan dan kerapiannya.
 
3.    Terlalu Memilih Pelajaran
Siswa yang terlalu memilih pelajaran terlalu mengindisikan bahwa siswa tersebut lebih menyukai pelajaran tertentu dibandingkan pelajaran yang lain. Hal ini akan berdampak negatif jika hanya mementingkan satu pelajaran sementara pelajaran yang lain tidak diperhatikan. Jadi guru perlu melakuukan tindakan-tindakan diantaranya: guru mengajak anak untuk mempelajari materi yang sama dengan siswa lain. Namun di lain waktu, guru memberikan kesempatan bagi anak untuk lebih mendalami materi atau pelajaran yang disukainya. Karena merasa telah diberi kesempatan khusus dalam menyampaikan hal yang disukai, maka ia tetap memperhatikan mata pelajaran yang lain.
 
4.    Gaduh di Dalam Kelas/ Hiperaktif
Gaduh yang dilakukan siswa di dalam kelas biasanya terjadi karena suasana belajar yang kurang kondusif. Ketidaknyamanan yang dirasakan siswa dalam KBM akan membawa siswa membentuk dunia sendiri. Siswa akan melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan isi perasaan mereka. Mereka berusaha mencari perhatian dari teman dan juga guru. Jadi untuk menghindari kegaduhan yang akan ditimbulkan oleh siswa, guru harus menciptakan suasana belajar yang kondusif, edukatif, dan rekreatif. Serta memberikan perhatian khusus kepada anak didik yang melakukan kegaduhan di kelas tanpa melalaikan anak didik yang lainnya, sehingga suasananya menjadi kondusif, edukatif, dan rekreatif.
 
5.    Individual dan Egois
Ahli psikologi menyebut anak usia kelas 4 SD sebagai usia penyesuaian diri. Anak menyesuaikan diri dengan standar yang disetujui kelompok. Namun kelompok yang tidak dapat menerima kehadiran anak akan membawa anak dalam rasa individual dan egois yang tinggi. Untuk mengatasi guru dapat membantu membuka pikiran anak tentang pentingnya kebersamaan. Guru mengajak anak melaksanakan pembelajaran secara cooperatif learning sehingga anak akan bekerja sama dengan teman di kelas. Anak dapat saling bertukar pikiran dan sedikit demi sedikit keegoisan akan terkikis.
 
6.    Kurang Percaya Diri
Periode ini masa dimana anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses. Perilaku berprestasi pada masa kanak-kanak mempunyai korelasi yang tinggi dengan perilaku berprestasi pada masa dewasa. Perilaku dalam membentuk prestasi ini sangat dipengaruhi faktor kematangan. Anak yang dari segi emosionalnya sudah matang biasanya akan lebih bisa menerima pelajaran daripada yang belum matang karena tingkat percaya diri siswa. Guru diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan diri siswa dengan cara memberi kesempatan bagi siswa untuk selau tampil di dalam kelas. Guru juga lebih meningkatkan reward daripada punishment.

No comments:

Post a Comment